perapian itu adalah tempat pertama sebuah dongeng
dikucurkan ke mulut bocah-bocah ingusan haus kasih
sayang. bintang-bintang di atasnya adalah lukisan
perjalanan panjang semesta yang tak sanggup dicerna
oleh mata dan ingatan. bocah-bocah itu melepaskan
nyawanya, menjadi batu-batu asteroid berkeping. satu
per satu mereka terpecah belah bersama sebuah janji
akan pertemuan kembali.
kita adalah bocah-bocah itu dan kita sudah sampai pada
sebuah waktu dimana gravitasi menarik-narik kita pada
satu titik landas. di sana bejana-bejana itu ditaruh
sebagai tempat tuk kembali dan mengenali wajah-wajah
yang sempat teramat asing. sebuah mantra kan membentuk
utuh tubuh-tubuh kita, menjadi kau dan aku. menjadi
mereka. menjadi dunia.
haru rangkulan hari pertama adalah saat kau berdiri
tegak di sampingku, di sore hari menghujan. sosokmu
asing namun akrab. pedihku didekap matamu. sebuah
kejujuran mengalir mengairi firdaus kita yang
mengering. aku meraba dadamu. seingatku, itulah tempat
aku pertama kali tercerabut lalu kita menjadi
kanak-kanak polos yang menabur merah saga sebagai
tanda untuk kembali di sepanjang empat silangan sungai
ketika taman kita terbakar murka.
lalu kusadari, kadang tak ada gunanya kita kembali ke
dalam bejana-bejana kita. mungkin lebih baik kita
kembali melayang dalam tubuh-tubuh asteroid kita,
menjelajahi dimensi-dimensi yang bertabrakan,
menyaksikan kehancuran demi kehancuran, mengumumkan
sebuah kelahiran tunas baru di sebuah lembah asing tak
beroksigen. karena aku hanya iga yang tercerabut untuk
tak termiliki lagi olehmu. aku hanya sampah organik
yang tak terurai, kecuali oleh mimpi-mimpi liar
sepanjang malam.
tapi semuanya masih tetap sama. segala yang tersisa di
dada. dan kita masih belahan sebuah jiwa yang sama.
article source : http://suratcinta.blogspot.com
No comments:
Post a Comment